Kemarin saya research ke Google mengenai gaji programmer di Indonesia.
Kebanyakan sih mengeluh, katanya gaji programmer di Indonesia jauh lebih kecil dibanding gaji programmer di luar negeri. Ada yg ‘kesel’ ada juga yg nrimo, kan katanya biaya hidup di luar negeri lebih mahal jadi sama aja.
Well, sebagai pengusaha saya mau menyampaikan pendapat saya.
Pendapat saya, bukan gaji programmer saja yg kecil, gaji segala macam pekerjaan di Indonesia jauh lebih kecil daripada di luar negeri. Misalnya, gaji supir taksi di Indonesia US200, di Amerika bisa US3000
Nah enakan mana, gaji US200 hidup di Indonesia, atau gaji US3000 di Amerika? Atau sama aja lantaran living cost yg mahal di USA?
Jawabannya adalah lebih enak di Amerika dong. Karena di Indonesia itu walaupun gajinya kecil, living costnya mahal sekali. Contoh:
1. Satu meal seharga US1 di Indonesia, yaitu 0.5% dari gajinya sebulan
Sedangkan satu meal yg setaraf di US, seharga US4, yaitu hanya 0.13% dari gajinya sebulan.
2. Biaya internet seharga US25 di Indonesia. Yaitu 12.5% dari gajinya sebulan.
Di US, US25 juga, jadi cuma 0.83% dari gajinya sebulan
3. Sekarang biaya tempat tinggal. Biaya sewa tempat tinggal yg nyaman dihuni di Amerika sekitar US600 sebulan. Di Indonesia juga sama untuk kualitas tempat tinggal yg sama. Itu udah melebihi salary sebulan si supir taksi di Indonesia.
4. Kendaraan. Dengan nabung sebesar 25% dari gaji supir taksi di US setiap bulannya, dalam 2 tahun bisa membeli Honda Civic. Kalau supir taksi di Indonesia, nabung 25% tiap bulan, butuh lebih dari 25 tahun!
Nah sekarang, jadi pendapat yang mengatakan “gaji di luar negeri lebih besar tapi sebetulnya sama aja karena living costnya tinggi” adalah pendapat yg salah total, karena living cost di Indonesia itu sangat tinggi untuk ukuran negara miskin.
Sekarang, kenapa perusahaan di Indonesia tidak memberikan gaji lebih besar saja ke karyawannya, tidak perlu sebesar di Amerika, tapi setidaknya mendekati kualitas hidup orang luar negeri?
Jawabannya adalah karena perusahaan2 di Indonesia profitnya juga profit Indonesia, bukan profit luar negeri. Mau yg maen expor atau yg maen dalam negeri sama aja, profitnya kebanyakan jauh, jauh lebih kecil daripada profit perusahaan di luar negeri.
Contoh. Sebuah perusahaan web development dengan karyawan 30 orang, omzetnya mampu mencapai US8 juta per tahunnya. Kalau di Indonesia dengan karyawan 30 orang, mana mungkin?? Pabrik tekstil berorientasi export yg orangnya 1000 orang aja, tidak mencapai jumlah omzet yg sama.
Dengan kata lain, 1 karyawan mampu menghasilkan $267000 per tahun untuk perusahaan.
Di Indonesia, anggap lah pabrik 1000 orang mampu mendapat omzet $8 juta, maka 1 karyawan hanya mampu menghasilkan $8000 per tahun untuk perusahaan.
Nah itulah mengapa perusahaan di Indonesia bayar gajinya jauh lebih kecil daripada perusahaan di luar negeri kepada karyawannya.
Sekarang, daripada ngedumel terus, sebagai pengusaha kita harus puter otak bagaimana kita mencapai profit level yg sama dengan perusahaan luar negeri, sehingga standar salary karyawan juga bisa senantiasa ditingkatkan. Itulah hal yg saya juga belum tau jawabannya. Kalau udah mah saya sudah nampang di BusinessWeek 🙂
Dan sebagai karyawan juga jangan ngedumel terus. Pikirkanlah membantu perusahaan take it to the next level. Saya percaya banyak perusahaan juga peduli kesejahteraan karyawan, dan pasti menaikkan standar gaji karyawan.
18 comments
AA
June 18, 2008 at 10:13 pm
Ini membandingkan gaji atau membandingkan Quality of Life? Perbandingan yg anda buat itu menurut saya adalah perbandingan quality of life (what is available to the person in the environment he/she is living). Pertama, anda tidak bisa membandingkan quality of life di Indonesia vs di Amerika karena sudah jelas quality of life di Indonesia jauh lebih rendah daripada di Amerika, karena Amerika sudah termasuk negara maju, Indonesia masih tergolong negara dunia ketiga. Jadi sudah jelas kalau tinggal di Amerika yg ekonomi, teknologi dan fasilitasnya sudah lebih maju biarpun sama “miskin”nya (supir taksi kan bukan termasuk pekerjaan yang bisa membuat orangnya “kaya”), tapi fasilitas yg bisa didapat tentu saja berbeda. Di AS internet sudah lebih murah karena infra strukturnya sudah jauh lebih maju. Harga mobil relatif lebih murah dari di Indonesia, karena teknologinya sudah lebih maju pula (mobil kan asalnya dari negara maju, jadi Indonesia masih import pada dasarnya).
Kedua, Jakarta atau Bandung itu menurut saya bukan “Indonesia” karena kebanyakan penduduknya tidak mencerminkan “the average Indonesian people”.
Ketiga, judul blog ini gaji programmer tapi yg dibandingkan gaji supir taksi… It’s confusing!
Kesimpulan saya, perbandingan yang anda buat itu tidak setara, it’s confusing, dan tidak ilmiah.
Yafet Daniel Kristian
October 10, 2008 at 2:44 pm
Menarik, dalam beberapa hal menurut saya benar juga, kemampuan kitalah yang membuat kita bisa dihargai lebih. Mau di Amerika maupun di Indonesia saya pikir sama.
Thx jadi belajar beberapa perspektif baru disini.
Yosi Oliver S
November 21, 2008 at 7:33 pm
Tetep….itu semua gara2 SKB 4 menteri makanya gaji programmer di Indonesia kaya tukang SAMPAH…kan didalam peraturannya berkata “Perusahaan memberikan gaji sesuai dengan kemampuan perusahaan bukan kemampuan programmernya”.Di Amerika para pengusaha dan Pemerintahnya sangat menghargai kemampuan Programmer..sehingga gajinya besar.Ini semua salah birokrasi dan Pengusaha Indonesia yang Tamak.kalian para pengusaha termakan PRINSIP EKONOMI…saya berkata sebagai Programmer.Saya .NET Developer.HIDUP PROGRAMMER INDONESIA.harusnya gajinya programmer minimal 5 juta per bulan.itu juga udah minim.tapi kenyataannya di setiap perusahaan gaji yang diberikan 1.500.000.makan TAI Programmernya kalo Gajinya segitu!!!!!
Anonymous
January 13, 2009 at 5:36 pm
Yang bikin sakit ati ada lagi, programmer harus selalu meng-update ilmunya. kalo sekarang masuk sebagai programmer java, dan apesnya 2 tahun lagi ada bahasa permrograman yang gila-gilaan dipake, otomatis harus belajar lagi.. belum lagi harus mantengin teknologi yang ada.. cost untuk jadi programmer juga extra loh. buku2 IT, koneksi internet? apa lagi perusahaan disini mintanya spec programmernya gila2an.. luar negeri masih pada sopan, minta spek cuma max 3 kategori, macam php,mysql, cms.. di indonesia mintanya banyak trus baru2 lagi.. bikin bete.. dah gitu gaji cuma pas buat makan sama tidur.
Anonymous
April 11, 2009 at 3:36 pm
Intinya gaji programmer di Indonesia memang rendah atau tidak sesuai dengan apa yang di “produksi”nya. Menurut saya ini soal mindset yang perlu di setup ulang. Bahwa pekerjaan programmer tidak sama dengan pekerjaan karyawan biasa seperti akunting, marketing dan lain (ma’af bukan maksud merendahkan atau merasa pekerjaan programmer lebih penting). Ketika produk itu selesai dibuat oleh programmer maka itu akan terus dipakai untuk keperluan produksi atau pelayanan atau sebagai alat untuk mendukung kegiatan bisnis, jadi se-olah-olah “programmer” tetap bekerja tanpa berhenti dan minta gaji. Kalau tenaga kasir nggak masuk maka customer nggak bisa melakukan transaksi, jadi apa yang dinamakan “produk” yang dihasilkan oleh programmer tersebut merupakan sesutu yang harus dibayar spesial kalau tidak dibilang mahal.
Zai
May 5, 2009 at 8:00 pm
Jadi freelancer programmer aja, kerja di luar negeri, tapi tinggal di Indonesia 🙂
Anonymous
May 29, 2009 at 3:32 pm
Aku Programmer Di Indonesia,
kontribusiku untuk company, Applikasi yang aku bangun sudah di gunakan di 4 pabrik di malay. dan sudah berjalan kurang lebih 5 tahun. Harus siap on 24 jam kalo di telpon dari malay kalo ada problem.
Sistem informasi di pemerintarahan yang dah selesai 2 taon lalu, General Ledger untu perusahaan di malay, Instalasi server untuk malay, dan juga berbagai riset yang dah jadi standard di perusahaan …
……….but……..
Gaji kecil. Hampir sama dengan gaji sopir trans-jakarta. kalo make intenet di rumah harus siap2 untuk ngutang karena buggetnya gak ada. Hingga untuk tabungan untuk pensiun juga gak ada. kerja setiap hari rata2 sekitar 12 jam di kantor. dan terkadang harus di lanjutkan di rumah sampe jam 2 pagi.
Gaji cuman sebatas gaji dan asuransi kesehatan di gunakan jika sudah sekarat. Tunjangan hari tua gak ada serta juga tunjangan2 lain. Gaji sebulan cuman untuk makan dan mbayar cicilan rumah tipe 36 selama 15 tahun dan untuk makan doank …
Upgrade pengetahuan …? kayak mimpi.. buku, koneksi internet, modem butuh cost sendiri …….mending buat asep dapur ajah alias untuk perut
Dan itulah aku sebagai PROGRAMMER
Anonymous
July 14, 2009 at 10:44 am
ya ampun,,, koq ga ada satupun comment yg ngasi sisi positif programmer indonesia,,, gini caranya gw gag jd nglamar jadi progremer dah,,,
Wahyu
September 3, 2009 at 12:13 pm
Ah, Wajar gaji programmer di Indo rendah. Saya manajer teknis di sebuah perusahaan IT. Kebanyakan programmer yang saya bawahi di beberapa perusahaan sangat rendah etos kerjanya. Datang selalu di atas jam 9, kalau istirahat siang baru masuk sekitar jam 2. Selama waktu kerja, terutama di sore hari menghabiskan waktu di facebook dan detik. Hal seperti ini tidak akan ditemukan di Jepang atau Singapore. Saya kira di Indonesia terlalu banyak pengeluh, tetapi tidak memberikan kontribusi yang selayaknya. Harusnya kita sebagai bangsa yang masih berkembang, lebih mementingkan kontribusi kita dan keinginan untuk memberdayakan diri. Gaji memang rendah tapi hampir semua pekerjaan di Indonesia gajinya rendah, seharusnya kita lebih mengeluhkan kalau kontribusi kita rendah.
Kalau waktu kita efektif misalnya bekerja/belajar 8 jam sehari, tentunya kita sudah jadi world class programmer, karena banyak sekali yang bakal/telah kita pelajari, dan jadinya gak ada lagi keluhan “saya hanya seorang programmer”.
Anonymous
November 19, 2009 at 10:31 am
kasusnya sudah kadaluarsa ya, tapi ikut curhat boleh dong.
saya bekerja sebagai IT Manager, memang seperti yang dikatakan Wahyu ada benarnya, bahwa banyak programmer seperti itu, tetapi tidak semuanya kan, lagipula di luar jam kerja mereka akan mengganti waktu yang mereka pakai untuk bermain itu, dan hasilnya tetap bagus juga. nggak mungkin dong mereka di gaji tapi cuma bermain-main saja tanpa menghasilkan kontribusi apapun.
Kembali ke masalah gaji, memang kecil sekali sih, di perusahaan tempat saya bekerja, saat ini saja saya susah sekali cari programmer, karena Bos minta programmernya di gaji kecil, cuma 1 juta, ya beliau bilang juga untuk mencukupi kekurangannya itu saya bisa kasih insentif saja, per job yang selesai kasih berapa gitu. Tapi mendengar take home pay nya saja cuma satu juta, programmer pada mundur semua, gak jadi masuk.
Jadi bagaimana nih programmer2 lainnya? kalian harus bisa memikirkan kalau perlu membuat asosiasi programmer, tentu saja jangan keblinger menuntut gaji besar, tapi juga di imbangi dengan tanggung jawab dan hasil pekerjaan yang tinggi juga dong.
Anonymous
January 9, 2010 at 5:57 pm
gue programmer java, pengalaman 9 tahun, gaji terima bersih sebulan 12,5 juta. itu kecil kali yah? harusnya berapa yah?
Ikin Wirawan
January 10, 2010 at 8:17 pm
Saya rasa, gaji (programmer atau bukan) tergantung perusahaan dan negara di mana Anda bekerja.
Contoh, karena negara masih jauh dari kemiskinan, walaupun sebuah perusahaan sangat sukses jangan heran gaji tetap kecil (kalau dibandingkan luar negeri).
Kerja dengan pengalaman belasan tahun di perusahaan besar di Indonesia bisa jadi mendapat gaji lebih kecil daripada gaji fresh graduate bekerja di startup kecil di California.
Tapi ini bukan berarti perusahaan Indonesia tidak menghargai, dan bukan berarti luar negeri lebih menghargai.
Fenomena ini wajar karena:
1) Cost of living di Indonesia lebih rendah, jadi gaji 10 juta = gaji 30 juta di US misalnya (periksa PPP kalo mau banding2in)
2) Perusahaan tidak memiliki ‘insentif’ untuk menaikkan gaji, karena mungkin mudah untuk mendapatkan replacement (talent market tidak ketat). Maka bekerjalah lebih keras, berdedikasi, dan berkontribusi lebih kepada perusahaan, di mana perusahaan menjadi ‘tergantung’ pada Anda. Saya yakin digertak dikit perusahaan mau naikkan gaji Anda 🙂
3) Perusahaan belum cukup sukses untuk menaikkan gaji. Ini juga sama, bekerjalah dan berusahalah dengan giat memajukan perusahaan.
Nah, setelah betul-betul berusaha, tapi tetap ‘no hope’ bahwa perusahaan tidak bisa berkembang atau gaji kita ga sebanding dengan what we think we should have, mungkin resign adalah jalan yang terbaik!
Anonymous
June 4, 2011 at 11:46 am
saya setuju skali dgn keluhan gaji programmer rendah, tidak sesuai dgn motor dan tanggung jawab suatu perusahaan,terutama kerahasian menangani database perusahan tersebut…. dari berbagai koment2 di atas, mungkin tinggi rendahx gaji seorg program dari ilmu dan skill yg dia miliki… bukan berarti tinngi gaji seorang programmer karna bisa mengusai min 5 bahasa pemogramman, toh dgn cara apapun pengerjaannya, tetap hasil dan tujuannya sama, yaitu terciptanya aplikasi yang siap pakai dan siap di operasikan….
Anonymous
August 3, 2011 at 9:54 am
gw programmer pengalaman 11 tahun. bisa vb,vba,php,action script,flash,javascript,mysql, ms sql,css 3, html 5. gaji cuman 6jt. asu tenan
Jimmy Johanes
August 21, 2011 at 2:34 pm
mas tulisan anda menjadi inspirasi penulisan title ini INI
Anonymous
October 1, 2011 at 9:18 pm
Blognya emang udah lama, tapi saya tertarik untuk ikut memberi masukan.
Sebagai background, saya orang Indo yang kerja di US di bidang IT di NorthEast. Sudah di US lebih dari 10 tahun.
1. Kalau bicara gaji, enggak bisa lepas dari living cost. Jadi bukan besar kercilnya gaji, tapi sebenarnya berapa besar purchasing power dari gaji itu.
Yang saya mau bahas di sini adalah soal cost of living dengan relevansinya gaji.
Let’s say gajinya $60,000/tahun, which is median salary di US.
$60,000 itu langsung dipotong pajak sebesar 28-30% alias yang nyampe ke tangan kita $43,200/tahun alias $3,600 sebulan.
Salary per month $3,600
Health & Dental Insurance $ 600-
Rental (low crime) $ 900-
Internet+Cable (std.) $ 70-
Cell phone $ 50-
Water+sewer $ 40-
Gas+electric average $ 200-
Household+Cloth+Credit Card$ 400-
Groceries+Meal $ 700-
Car + Car insurance $ 450-
Gasoline $3.6/gallon $ 150-
———————————-
Total $ 40
Yang saya tulis di atas itu biaya rincian kasar, itu bisa berfluktuasi, dan yang saya tulis itu yang sudah mepet banget alias semuanya minim. std. atau biasa2 aja. kalau sudah berkeluarga, itungannya beda lagi, belum dihitung rental yang lebih besar, biaya sekolah, dua kendaraan (satu untuk kerja, satu untuk antar anak, di sini punya mobil is a MUST, bukan option. Gak bisa pake motor, bisa mati beku kalau musim dingin)
Sekarang keliatan toh, gaji standard ($60,000) itu bener2 nge-pas banget untuk ukuran Amerika.
Untuk orang UPS yang dapet $100K perbulan, itu kekecualian, bukan the norm. Sangat sangat sedikit yang bisa dapet segitu.
2. Kalau bicara penghargaan, kayaknya gak hebat2 amat tuh. Jangan bicara kerja di google atau facebook, untuk masuk ke sana aja susahnya 1/2 hidup.
Kerja di perusahaan2 ternama sekalipun MNC (Colgate/Johnson& Johnson etc), programmer gak di anggap amak emas yang harus diberi pernghargaan lebih dengan gaji yang lebih.
3. Krisis ekonomi yang terjadi di Amrik, membuat persaingan makin sengit. Satu opening kerja diperebutkan sangat banyak orang. Jadi hukum supply/demand juga berlaku di Amrik. Mau macem2 udah ada ratusan orang ngantri kerjaan lu.
4. Satu lagi adalah ‘ancaman’ outsourcing. Untuk menghemat biaya, perusahaan2 besar tidak segan2 untuk mengkonsolidasi dan meng-outsource non-core business function-nya (baca: IT) ke negara2 yang lebih murah cost-nya, most likely ke India, ke dua ke Cina. Jadi lapangan kerja IT, almost no job security. Siap2 terima ‘Thank you’ letter setiap saat.
Moga2 bermanfaat untuk memberi perspektif yang lebih down-to-earth tentang kerja IT & living cost di Amrik.
azwar akbar
January 13, 2012 at 12:52 pm
sebenarnya bukan sekedar nilai tukar mata uang antara negara luar dan indonesia, yang membuat perbedaan bukanlah sekedar itu.
yang jadi masalah besar intinya adalah, perusahaan indonesia sangat pelit membagi profit, katakanlah kalo diluar kita dikasih 5% profit, kalo di kita cuma dikasih 0.1% profit. ini yang disebut gaji kecil… masa programmer disamakan dengan pekerja buruh tekstil… mendingan mencangkul aja sekalian.. hehe
Anonymous
July 2, 2012 at 1:44 pm
di indonesia ini lulusan TI buuuaaanyak, tapi kebanyakan kualitasnya ecek-ecek.Dan yg benar2 berkualitas cm dikit. Ya otomatis pasar lebih berpihak kepada mereka yg benar2 punya kualitas yg bagus.